Paket atas nama Percival
Selamat pagi, Kasihku. Aku menulis balasan surat dari kamu sambil duduk mengelus-elus perutku yang mulai bunyi padahal jam baru menunjukkan pukul 10. Gak masalah, yang penting suratnya sampai dengan selamat.
Kalau kamu tanya, aku kirim suratnya pakai apa? Kurir Sameday? Salah. Kirim pakai cinta.
Konyol.
Kadang cinta emang bikin kita jadi terlihat konyol, ya? Tapi aku sama sekali nggak keberatan. Aku rela jadi konyol setiap hari asal kamu yang jadi alasannya.
Tadi kamu tanya perihal harapanku untuk 5 tahun kedepan. Waduh, kalau ditulis semua, mungkin butuh beberapa lembar kertas HVS. Disini nggak cukup! Aku jabarin sedikit aja, ya? Kalau banyak-banyak, bayar. Bayar pake cinta.
- Aku mau pacaran sama kamu. Cheesy abis.
- Mau jadi juragan kos.
- Aku mau sehat dan bugar.
- Mau hidup dengan nyaman, berjalan sesuai kemauanku.
- Aku mau tetap hidup.
Segitu dulu aja, ya? Sisanya kita bahas berdua nanti. Nggak mau orang lain lihat, aku malu.
Selamat menempuh 10 langkah kaki berjalan bersama. Kita belum sampai garis finish, jadi nggak boleh nyerah dulu ya. Aku sayang kamu, selalu.
Salah. Ternyata nggak ada garis finish-nya. Aku, kamu, terus berjalan kedepan selamanya.
